BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional
yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor
penggerak perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena
itu kepariwisataan merupakan bagian yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan
lagi dalam kehidupan masyarakat dan pembangunan di Bali. (Pitana, 2003).
Keindahan alam dan kebudayaan Bali yang unik dan
beranekaragam yang dituntun atau berpedoman pada falsafah Hindu dan keindahan
alam menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan manca
negara, wisatawan domestik maupun wisatawan nusantara. Untuk menjaga
keberlanjutan pariwisata di Bali, Pembangunan pariwisata di Bali selalu
berdasarkan pada penerapan konsep “Tri Hita Karana”. Konsep ini bertujuan untuk
menyeimbangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Diharapkan dengan keharmonisan ini,
manusia (orang yang tinggal di Bali) dapat memperoleh manfaat dalam bentuk
kesejastraan, kemakmuran, kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya (Darmayuda,
dkk. 1991 : 6-8).
Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali di
kumandangakan dalam konfrensi di Stockholm pada tahun 1972. Selanjutnya
konfrensi ini dikenal dengan “Stockholm Conference on Human and Environment”.
Secara singkat definisi pembangunan berkelanjutan adalah sebagai
berikut:Sustainable development is defined as a process of meeting the present
needs without compromising the ability of the future generations to meet their
own needs (WCED, 1987 : 8).
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pembangunan
berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhan (segala sesuatu yang kita perlukan dan nikmati) sekarang dan
selanjutnya diwariskan kepada generasi mendatang. Jadi dengan pola pembangunan
berkelanjutan, generasi sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak
dan kesempatan yang sama untuk menikmati alam beserta isinya ini.
Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Bali,
pola pembangunan berkelanjutan tersebut di atas sangat cocok diterapkan dalam
pengembangan pariwisata di Bali. Ini bertujuan untuk melestarikan (merajegkan)
keberadaan pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah
proses dan sistem pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan
atau keberadaan sumberdaya alam, kehidupan sosial dan ekonomi, dan budaya ke
generasi yang akan datang (Ardika, 2003 : 9).
B. Sekilas Tentang Jimbaran
Jimbaran merupakan salah satu pantai di Kabupaten Badung,
Bali, Indonesia. Jimbaran terletak di sebelah selatan pulau Bali. Lokasinya
tidak jauh dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Anda bisa mencapai jimbaran
dari bandara ini sekitar 10 menit ke arah selatan bandara. Sebelum menjadi
terkenal seperti saat ini, Jimbaran merupakan sebuah kampung nelayan
tradisional dan pusat pasar ikan di daerah Badung. Pantai putih yang cocok
untuk berjemur dan berlayar dengan perahu tradisional. Dan pada saat matahari
tenggelam sambil menikmati santap malam akan menyaksikan sinar lampu
hotel-hotel yang terletak di tebing-tebing sebelah selatan pantai serta
menyaksikan kapal terbang yang akan turun dan mengudara di Airport Ngurah Rai.
Apa yang menarik di Jimbaran? Di Jimbaran terdapat banyak
rumah makan atau restoran yang menyajikan berbagai makanan laut (seafood). Di
Jimbaran juga terdapat berbagai hotel internasional. Saat menyusuri jalan di
daerah Jimbaran, Anda akan melihat sederetan restoran yang menawarkan menu
makanan seafood sebagai menu utama. Tentu bagi para penggemar makanan laut
ataupun bagi mereka yang senang menikmati suasana laut, Jimbaran merupakan
tempat yang menyenangkan.
Setelah Anda memesan makanan di salah satu restoran, Anda
bisa langsung menuju pantai untuk bersantai dan melihat pemandangan laut.
Apalagi jika Anda makan di sini pada sore hari, pemandangan sunset akan membuat
suasana bertambah indah. Anda juga bisa menikmati alunan dari desiran ombak
serta angin pantai yang menyegarkan.
Setelah makanan terhidang, Anda dapat menikmati makanan laut
yang disajikan di depan meja Anda sambil menikmati pesona pantai yang indah di
Jimbaran. Desiran lembut ombak dan angin di pinggir pantai Jimbaran tentunya
akan menambah nafsu makan Anda. Berbagai menu makanan hasil laut tersedia di
sini. Atau Anda juga dapat menikmati es kelapa yang nikmat sambil menikmati
keindahan pantai Jimbaran.
Sambil menikmati makanan laut, Anda juga bisa menikmati
alunan lagu dari sekelompok musisi yang berpenampilan eksentrik. Mereka akan
melantunkan lagu sesuai dengan permintaan Anda. Bahkan beberapa wisatawan
menyembpatkan diri berfoto dengan para musisi unik tersebut.
Banyak wisatawan dari mancanegara maupun wisatawan lokal
mengunjungi Jimbaran. Daerah yang menjadi pusat pasar ikan ini memang sangat
disukai oleh para wisatawan. Daerah yang menjadi sangat terkenal sejak
kedatangan Lady Diana ini, memang salah satu daerah yang harus Anda kunjungi
saat berlibur ke Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali
melalui prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder),
kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi
tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi,
akuntabilitas, pelatihan serta promosi.
1. Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol
pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata,
mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan,
serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan
pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam
mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.
2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata
meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok
sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan
pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima
dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan
yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan
seperti hotel, restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan
pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku
bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan
kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku
bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan
lokal tersebut.
4. Penggunaan Sumber daya yang berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya
dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari
penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara
berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap
perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang
adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin
bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan
menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional.
5. Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat
Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam
kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan,
tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam
wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari
tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.
6. Daya Dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan
meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan
pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan.
Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga
dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe
fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi
(limits of acceptable use).
7. Monitor dan Evaluasi
Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata
berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata
serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur
dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut
harus meliputi skala nasional, regional dan lokal.
8. Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar
pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan
masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara
harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada
tidak dieksploitasi secara berlebihan.
9. Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan
program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat
dan meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan
sebaiknya meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen
perhotelan, serta topik-topik lain yang relevan.
10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi
penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of
place, dan identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan
lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang
berkualitas yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.
B. POLA
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA SUKU BANGSA BALI
• Lingkungan Alam Dan Demografi
Masyarakat suku Bali menempati keseluruhan pulau Bali yang
menjadi satu propinsi, yakni propinsi Bali. Oleh karena pengaruh emigrasi, ada
juga masyarakat Bali yang menetap di wilayah – wilayah lainnya di Indonesia.
Pulau ini terletak disebelah timur pulau Jawa yang dihuungkan oleh selat Bali.
Bali adalah propinsi yang terletak di sebelah timur ditengah
– tengah lautan, oleh karena itu propinsi Bali mempunyai iklim tropis (panas).
Propinsi Bali adalah salah satu propinsi yang padat penduduknya. Pada tahun
1971 penduduknya sebanyak 2.469.930 jiwa, pada tahun 1990 meningkat lagi
menjadi 2.777.811 jiwa. Keadaan perhubungan pun sangat baik dan lancar, baik
darat, laut, maupun udara.
• Latar Belakang Sejarah / Asal Usul
Dahulu pulau Bali disebut dengan nama “Walidwipa”, yang
merupakan suatu kerajaan yaitu kerajaan Bali. Kerajaan ini berkembang sekitar
abad ke VIII Masehi. Pemerintahannya berpusat di Shinghamandawa, sebuah tempat
yang hingga kini belum diketahui dengan pasti. Kerajaan ini pernah diperintah
oleh dua diansti, yaitu Dinasti Warmmadewa dengan Dinasti Sakellendukirana.
Kerajaan Bali bercorak Hindu, ini dapat diketahui dari
pembagian golongan dalam masyarakat (kasta), pembagian warisan, kesenian, serta
agama dan kepercayaan. Dalam hal agama dan kepercayaan, pengaruh zaman
Megalithikum terasa masih kuat pada masyarakat kerajaan Bali. Keadaan tersebut
menunjukan bahwa mayarakat Bali merupakan pemegang teguh tradisi warisan budaya
serta agama dan kepercayaan masih dipegang teguh hingga saat sekarang ini. Kini
Bali adalah sebuah propinsi yang berada di wilayah negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Hindu tetap menjadi agama mayoritas yang wariskan secara turun
temurun.
• Sistem Kepercayaan / Religi
Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu –Bali,
akan tetapi, ada pula sebagian kecil masyarakat Bali yang menganut agama Islam,
Kristen, dan katholik. Penganut agama Islam terdapat di Karang Asem, Klungkung,
dan Denpasar, sedangkan penganut agama Kristen dan katholik terutama terdapat
di Denpasar, Jimbaran dan Singaraja tempat beribadah agama Hindu di berupa pura
Besakih, Pura Desa (Kayangan Tiga), Subak dan Seka, kumpulan tari atau semacam
sanggar tari, serta tempat pemujaan leluhur dari klen – klen besar. Ada juga
yang di sebut Sanggah yang merupakan tempat pemujaan leluhur dari klen kecil
serta keluarga luas. Sedangkan kitab suci adalah “Weda” yang bersisi tentang
Arman, Karmapala, Punarbawa, dan Moksa.
Di Bali ada seorang pemimpin agama yang bertugas
melaksanakan upacara keagamaan, terutama upaca besar adalah orang yang dilantik
menjadi pendeta yang umumnya disebut “Sulingih” tetapi tidak semua pendeta
disebut Sulingih, misalnya “Pedanda” untuk pendeta dari kasta Brahmana baik
yang beraliran Siwa maupun Budha, atau “Resi” untyuk pendeta dari kalangan
Satria
• Sistim Kekerabatan dan Kemasyarakatan
Perkawinan adat di Bali bersifat endogami klen. Menurut adat
lama yang dipengaruhi oleh sistim klen dan kasta, orang – orang seklen (tunggal
kawitan, tunggal dadia, tunggal sanggah) setingkat kedudukannya dalam adat,
agama, dan kasta. Dahulu, jika terjadi perkawinan campuran, wanita akan
dinyatakan keluar dari dadia. Secara fisik, suami istri akan dihukum buang
(Maselong) untuk beberapa lama ketempat yang jauh dari tempat asalnya. Sekarang
hukuman itu tidak dijalankan lagi. Perkawinan antar kasta sudah relatif banyak
dilakukan.
Struktur Dadia berbeda – beda. Di desa – desa dan
pegunungan, orang – orang dari tunggal dadia yang telah memencar karena hidup
neolokal, tidak lagi mendirikan tempat pemujaan leluhur di masing – masing
tempat kediamannya, di desa – desa tanah datar, orang – orang dari tunggal dadia
yang hidup neolokal wajib mendirikan tempat pemujaan di masing – masing tempat
kediamannya, tempat pemujaan tersebut disebut Kemulan Taksu. Disamping itu, ada
lagi kelompok kerabat yang disebut klen besar yang melengkapi beberapa kerabat
tunggal dadia (sanggah). Mereka memuja kuil yang sama disebut kuil (pura)
Pabian atau Panti.
• Teknologi Dan Mata Pencaharian
Teknologi transportasi di Bali sudah sangat memadai,
misalnya transportasi darat. Disana ada bus yang dipakai untuk kendaraan
pengangkut penumpang antar daerah, baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh,
bahkan ada yang di pakai untuk mengangkut penumpang antar pulau. Lalu
transportasi laut, ada yang disebut angkutan penyembrangan Gilimanuk Ketapang
yang menghubungkan Bali dengan Jawa. Disamping itu, Bali mempunytai Bandara
Internasional yang sangat baik
Umumnya mata pencaharian masyarakat Bali dibidang kesenia,
sperti seni pahat, lukis, kerajinan dan lain – lain. Tetapi tidak semuanya, ada
juga yang bergerak di bidang pertanian dan industri, misalnya perusahaan tenun
di Denpasar
• Bahasa Dan Kesenian
Bali dalam kehidupan sehari – hari menggunakan bahasa Bali
dan sasak. Bali mempunyai beraneka ragam seni tari, seperthi tari Legong yang
berlatar belakang kisah cinta Raja Lasem, dan tari Kecak adalah tari yang
mengisahkan tentang bala tentara monyet Hanoman dan Sugriwa. Lagu – lagu
daerahnya pun bermacam – macam seperti mejangeran, Macepet Cepetan, Meyong –
Meyong, Ngusak Asik, dan lain – lain. Alat musiknya disebut gamelan Bali. Bali
juga mempunyai senjata tradisional, yaitu keris (Kedukan), tombak dan golok.
Rumah adatnya pun bermacam – macam seperti Gapura Candi
Bentar, Bali Bengong, Balai Wanikan, Kori Agung, Kori Babetelan. Sedangkan
pakaian adatnya adalah untuk pria Bali berupa ikat kepala (Destar) kain songket
saput, dan sebilah keris terselip dipinggang belakang, kaum wanitanya memakai
dua helai kain songket, Stagen Songket (Merpada), selendang / senteng serta
hiasan bunga emas dan kamboja (Subang, Kalung, Gelang) diatas kepala Potensi
Dalam Pembangunan.
Bali mempunyai potennsi sumber daya alam dan manusia yang
sangat baik, yang paling menonjol adalah objek wisatanya. Objek wisata tersebut
dapat dijadikan sumber devisa (alat pembayaran utang luar negeri), dengan cara
menarik sebanyak – banyaknya wisatawan mancanegara. Bukan hanya itu saja, Bali
juga mempunyai hutan dan gunung yang bisa digali kekayaan alamnya. Tanahnya pun
cukup baik dan subur sehingga bisa dijadikan sebagai lahan pertanian maupun
lahan perkebunan, bahkan untuk perindustrian.
C. LPD Desa Adat Jimbaran Diresmikan
Bupati Bantu Rp. 25 Juta Gedung LPD Desa Adat Jimbaran yang
baru selesai dibangun, Rabu (17/12) kemarin diresmikan oleh Wakil Bupati Badung
Drs. I Ketut Sudikerta yang ditandai dengan pengguntingan pita. Pada peresmian
tersebut, krama Desa Adat Jimbaran juga melaksanakan upacara penyucian bangunan
LPD dengan upacara pecaruan dan pemelaspas. Karya ini dipuput oleh Ida Pedanda
Putra Bajing Griya Telabah Denpasar serta dihadiri Anggota DPRD Badung Nyoman
Sukirta, Kadis Kebudayaan IB. Anom Bhasma, Kabag Ekonomi I Nyoman Predangga,
Camat Kuta Selatan Nyoman Soka, Lurah Jimbaran, perwakilan LPD-LPD se-Badung
serta Krama Desa Adat Jimbaran.
Bupati Badung A.A Gde Agung dalam sambutannya yang dibacakan
Wabup Sudikerta mengharapkan, dengan dilaksanakan karya ini keberadaan usaha
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebagai satu usaha ekonomi produktif yang berada
di wilayah Jimbaran mampu berkembang demi meningkatkan pembangunan masyarakat
pedesaan dan sebagai dasar tercapainya pembangunan ekonomi nasional yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk itu Sudikerta sangat berharap
kepada pengurus LPD supaya bersikap jujur, adil tidak pilih kasih dan berpegang
teguh pada peraturan yang berlaku pada saat melayani masyarakat. Demikian pula
masyarakat hendaknya mengikuti peraturan dan persyaratan yang diberlakukan
sehingga bisa dipastikan LPD Jimbaran kedepan terus meningkat. Sudikerta
menambahkan berjalannya fungsi LPD tersebut tentunya didukung oleh kondisi LPD
yang sehat. Untuk itu diperlukan pengelolaan dari pengurus yang profesional dan
punya mental yang bagus & ldquo dengan dikelola oleh pengurus yang
profesional maka LPD akan mampu berkembang serta tetap berada dalam kondisi
yang sehat,” katanya. Pada kesempatan ini Wabup Sudikerta menyerahkan bantuan
modal kepada Ketua LPD Jimbaran sebesar Rp. 25 juta dan DPRD Badung membantu
Rp. 3 juta.
Ketua Panitia I Ketut Sutarja didampingi Bendesa Adat
Jimbaran I Made Budiasa melaporkan LPD Desa Adat Jimbaran berdiri pada bulan
September 1987 dan baru beroperasi tahun 1988 dengan modal awal dari bantuan
Propinsi sebesar Rp. 4,6 Juta dan Pemda Badung sebesar Rp. 2,6 Juta. LPD Desa
Adat Jimbaran memulai usaha dengan 3 bidang usaha utama yaitu Tabungan,
Deposito dan Pinjaman yang dikelola oleh 3 pengurus dan 14 pegawai. Dalam
perjalanan sesuai dengan harapan bersama dan berkat kepercayaan masyarakat
serta kegigihan Pengurus dan Pegawai maupun badan pengawas maka LPD Desa Adat
Jimbaran mengalami perkembangan baik dalam bidang usaha. Pembangunan LPD yang
menghabiskan biaya sebesar 3,2 M ini mempunyai wilayah kerja yang meliputi 12
Banjar Adat, 14 Banjar Dinas dengan jumlah penduduk 23.410 jiwa / 4.075 KK
terdiri dari 19.813 penduduk asli dan 924 penduduk pendatang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi secara garis besar suku bangsa Bali merupakan suatu
suku bangsa yang memiliki potensi kebudayaan yang sangat tinggi dan sebagai
sumber devisa tertinggi di negara Indonesia.
Dengan memanfaatkan kebudayaan Bali tersebut diharapkan
mampu membangun masyarakat Desa Jimbaran lebih maju lagi dengan membuka tempat
pariwisata yang indah dan diminati oleh turis domestik maupun lokal.
B. Saran – Saran
Bali memiliki banyak kebudayaan alangkah lebih baik jika
kebudayaan itu kita jaga dan lestarikan bersama sebagai citra bangsa Indonesia.
By: Vincensius kotouki